Saturday, April 18, 2009

Pelajaran tuk Terkasih

Dum.....!!!!
Beberapa menit pasca kejadian,, tubuhku di bawa menuju tempat yang paling ku butuhkan saat itu. Dalam suatu ruangan berwarna kuning cerah, banyak sosok manusia yang berdiri di tepi bed terapi yang ku tiduri. Wajah paniknya sekilas membuatku iba, walau detik itu aku masih mencoba mengingat apa yang telah terjadi.

Sosok wanita ayu, dengan wajah yang mulai tampak deretan garis, mendekatiku. " Kamu uda sadar?". Aku hanya menjawab dengan senyum lirihku. Walau seberapa kokohnya bendungan sungai di matanya, aku melihat bayangan kaca hampir meleleh di sudut mata itu. Kasa putih yang melilit kepalaku, membuat kepalaku kurang nyaman. Perih. Dan saat itu lah ingatan kecelakaan itu, yang membuatku terjungkal beberapa meter dari kendaraan roda dua yang ku kendarai.

"Woi"....!!!
Kata mendekati jeritan itu membuatku kaget..
Mana uche yang kuat, yang gak kan roboh???
Makanya, orang ngomong tuh didengerin, ucapnya membelai kepalaku.

Aku hanya tersenyum lirih, saat ia menatapku. Mata itu. Mata yang ku tinggalkan beberapa jam yang lalu. Mata yang melototiku saat langkahku mulai menjauh.
Emang dasar cowok satu itu. Aku gak nyangka dalam keadaan yang kayak gini masih bisa memarahiku, bukannya prihatin dengan kelukaanku..Sifat keras kepalaku telah menjadi benalu dalam perjalananku.

Lain kali dengerin kata orang tua [sambil nunjukin dadanya]. Biar gimanapun, aku tuh sayang ma kamu. Kan udah dibilang, hujan. Tar ja perginya, lagian kan aku udah janji mo nemenin. Sekarang gimana?? Masih sakit???
Anggukan menjadi jawaban sederatan kata yang terucap.

Aku ingat, sebelum kecelakaan itu, dy mencegahku tuk pergi, sampai hujan berhenti, sambil menunggunya pulang kuliah. Taapi..mang dasarnya keras kepala, walaupun hujan tetap aja pergi. Jalanan licin yang dibasahi rintik hujan, kedinginnan meliputi sekujur tubuhku, hingga sebuah tikungan berbatu, dan peristiwa naas itu pun terjadi..

Ibarat gelas yang jatuh, pecah. Walau bagimanapun kita memperbaikinya, tetap aja meningalkan retak disetiap ujungnya Itu lah yang terjadi dengan ku pasca hari H. Depresi. Perasaan takut sering menghantui, yang tak jarang melahirkan sebuah ilusi. Secara fisik, tidak terdapat suatu keganjilan, tapi....

Saat ini, aku hanya berusaha untuk membuat diriku bahagia, berusaha membuat orang2 disekelilingku tersenyum. Setiap kehidupan, pasti ada kematian. Kapan waktu itu, hanya Allah lah yang tau

Tuhan...
Berikan aku hidup
satu kali lagi
hanya untuk bersamaanya
ku memcintainya
sungguh mencintainya



4 comments:

  1. ehm...ehmm
    mantap tulisannyo..neh cerpen tau mang kejadian sebenarnyo.kalau cerpen...wuih keren....pi...kalau kenyataan...hik...hik...sedih juga ya.....

    ReplyDelete
  2. hai, pa kabar..udah selesai ujiannya..??

    bener ni postingan, kejadian beneran apa cuma sekedar tulisan...tp bagus bngt kok...
    aku aja ampe membayangkan hehehe...

    ReplyDelete
  3. hehehe....
    Makasih buat Fitha, komunitas..., mbak Tisti...

    Ini sebuah kenyataan kok....
    Pi sebenernya, kejadiannya gak se simple seperti dalam cerita....Banyak kejadian yang gak terungkap...Sedih banget tuk di beberin disini...

    ReplyDelete

Ayo ngomong...